E-Talk : Ekspektasi vs Realita sebagai Entrepreneur

Ada banyak pemikiran yang salah tentang entrepreneurship dalam masyarakat kita terutama untuk orang - orang yang ingin pindah kuadran dari EmpLoyee ke Business Owner.

pic : pinterest

Jika kamu membaca buku Rich Dad Poor Dad kamu pasti mengetahui tentang kuadran ini di mana banyak orang berlomba - lomba ingin pindah dari sisi kiri ke sisi kanan yang terlihat sebagai sisi yang ideal.

Ekspektasi orang ketika melihat kuadran ini adalah jika memiliki bisnis kita bisa bebas mengatur waktu, memiliki finansial freedom seolah - olah ini adalah kehidupan yang ideal padahal ada banyak sekali untold story tentang bisnis yang tidak dikatakan secara gamblang ke publik.

Ekspektasi seseorang ketika ingin membuat bisnis : 

1. Mulai bisnis kamu dengan memiliki akun sosial media serta website atau marketplace. 

2. Menjual produk atau servis dengan share via sosial media.

3. Barang / jasa akan mendapatkan pelanggan melalui pemasaran digital karena online itu artinya buka 24 jam.

Padahal kenyataan di lapangan yang harus dihadapi ketika membuka bisnis adalah :

1. Mulai bisnis dengan melakukan pengecekan domain, sosial media dan trademark.

2. Urus perijinan yang dibutuhkan untuk mulai agar legal, jika bisnis makanan kamu bisa mengurus halal dan ijin lainnya menyusul jika memang pembeli semakin banyak dan kamu mau upgrade kemasan.

3. Share produk atau jasa kamu via sosial media dan siapkan konten untuk sosial media.

4. Melakukan banyak promosi, fokus ke brand awareness dan menaikan engagement pada sosial media.

5. Stress banget ketika biaya admin marketplace naik sedangkan untuk menaikan harga produk akan sulit karena produk yang serupa harganya lebih murah.

6. Coba ikut kelas bisnis, baca buku dan lihat youtube untuk pelajari tentang bisnis.

7. Endorsement selebgram dengan harapan follower bertambah dan pengaruh pada sales.

8. Udah bayar tapi konten belum di upload, hubungan selebgram sulit. Mulai pusing lagi karena itu uang tabungan.

9. Mikirin bisnis sampai rambut rontok, pengaruh ke mental health.

10. Sering begadang dan minum kopi.

11. Senang ketika ada pesenan dan semua dikerjakan sendirian.

12. Bisnis mulai lancar tapi mau hire karyawan baru cukup berat biayanya, dikerjakan sendirian juga mulai kewalahan.

13. Kerja senin sampai minggu, pagi sampai malam bahkan sulit untuk libur kecuali hari raya.

14. Nabung untuk upgrade bisnis dan bisa ekspansi.

Ini adalah sedikit gambaran yang terjadi ketika kamu memiliki bisnis sendiri yang tidak sepenuhnya bebas mengatur waktu atau bahkan memiliki uang lebih banyak dibanding kamu bekerja di kantor.

Ada karyawan yang punya gaji lebih besar daripada orang yang memiliki bisnis, ada juga yang memiliki uang lebih banyak daripada bisnis umkm jadi memiliki bisnis tidak menjamin kamu memiliki kehidupan yang lebih baik daripada yang bekerja di kantor.

Kalau kamu mau memulai bisnis alangkah baiknya jika kamu mulai karena satu alasan kuat misalnya karena kamu suka belanja jadi ingin sekalian menghasilkan uang sebagai jastip atau bikin bisnis makanan karena merasa sulit mencari makanan sehat yang harganya terjangkau.

Jika motivasi kamu ingin kaya, punya waktu maka di tahun pertama mulai bisnis kamu bisa saja menyerah karena mengalami banyak kesulitan.

Kamu bisa mencapai financial freedom bahkan memiliki kebebasan waktu juga ketika bisnis kamu sudah bisa autopilot dan kamu memiliki karyawan yang bisa menjalankan bisnis dengan baik.

Sejatinya banyak pebisnis yang bekerja lebih keras daripada karyawannya karena mereka memang suka bekerja dan merasa bertanggung jawab dengan keberlangsungan hidup karyawannya.

Apakah kamu tertarik untuk memulai bisnis? Coba ceritakan apa motivasi kamu ingin memiliki bisnis. 


xoxo,

Alicia | MC & Entrepreneur




0 comments